Sistem Administrasi Laboratorium Patologi Anatomi

Sistem Administrasi Laboratorium Patologi Anatomi


INFOLABMED.COM - Laboratorium Patologi Anatomi merupakan bagian dari laboratorium kesehatan dan tergolong ke dalam laboratorium khusus. Salah satu fungsi dan kewenangan dari laboratorium Patologi Anatomi adalah mengolah spesimen yang berasal dari makhluk hidup (manusia atau hewan) guna kepentingan diagnosis, penelitian, pengajaran hingga museum. 

Untuk mendapatkan kesimpulan dari suatu pengamatan yang baik maka diperlukan suatu manajemen laboratorium yang baik mulai dari proses praanalitik, analitik hingga pasca analitik. Proses pra analitik menjadi salah satu kompetensi seorang adminitrasi yang tidak bisa lepas dari keilmuan di laboratorium Patologi Anatomi. 

Kompetensi itu salah satunya adalah bagaimana mendeskripsikan spesimen yang layak maupun yang tidak layak untuk diteruskan di dalam proses pengolahan. Adapun secara garis besarnya alur di Laboratorium Patologi Anatomi setidaknya mencakup (1) sistem penerimaan spesimen, (2) sistem pemotongan gross, (3) Sistem pengolahan spesimen (pematangan, pemotongan dan pewarnaan, (4) sistem pelaporan hasil pengolahan spesimen.

ALUR KERJA LABORATORIUM

Penyedia layanan kesehatan pada umumnya tidak terbiasa dengan cara kerja laboratorium patologi anatomi. Pengiriman spesimen ke laboratorium patologi anatomi dimulai dari rangkaian peristiwa yang kompleks dan diakhiri dengan diagnosis/ interpretasi patologis untuk penunjang diagnosis. Bagian berikut ini akan mengulas alur kerja di laboratorium patologi anatomi dan pentingnya evaluasi patologis sel dan jaringan.

Diagnosis kanker tidak dapat didiagnosis dengan meyakinkan jika tidak ada diagnosis dari suatu jaringan atau sel. Kebijakan yang mendukung praktik ini ditulis dalam peraturan perundang-undangan rumah sakit dan dipantau secara teratur oleh komite jaringan tubuh di rumah sakit tersebut dan juga lembaga akreditasi.

Tujuan pemeriksaan patologi jaringan adalah untuk memberikan diagnosis yang akurat, spesifik dan cukup komprehensif untuk memungkinkan dokter melakukan tindakan perawatan dan pengobatan. Ada ratusan varietas tumor, sebagian besar terdeskripsikan dengan jelas dari komponen biologinya. 

Hal inilah yang digunakan oleh dokter spesialis untuk menghasilkan diagnosis yang akurat. Data penanda dengan prognostik dan prediktif juga secara rutin dimasukkan ke dalam laporan patologi, yang memungkinkan rencana pengobatan individual untuk pasien. 

Mendapatkan jaringan yang memadai sangatlah penting untuk untuk diagnosis keganasan yang spesifik. Namun kadangkala untuk banyak keganasan, jaringan tambahan diperlukan untuk studi tambahan prognostik dan prediktif. 

Bahkan beberapa orang telah mengembangkan teknik histopatologi dan sitopatologi ke arah gen/mutasi yang disebabkan oleh tumor (misalnya, karsinoma PIK3CA yang bermutasi dan diluar kanker ovarium atau kanker payudara).  Data tersebut terkumpulkan dari gambaran histologik, morfologi dan lokasi sumber penyakit.

Komponen yang terdapat di laboratorium patologi anatomi berbeda dengan laboratorium klinik. Di laboratorium patologi anatomi, kita akan mengenal yang namanya dokter spesialis patologi anatomi (dr.Sp.PA.) atau ahli patologi, asisten ahli patologi, sitoteknologis dan histoteknologis, sedangkan untuk di laboratorium patologi klinik kita telah mengenal yang namanya dokter spesialis patologi klinik (dr.Sp.PK.), teknisi laboratorium kesehatan dan plebotomis. 

Ahli patologi atau dokter spesialis patologi anatomi (dr.Sp.PA.) merupakan seorang dokter dengan keahlian khusus dalam diagnosis dan deteksi penyakit khususnya di bidang histopatologi dan sitopatologi. 

Asisten ahli patologi adalah seorang yangmembantu ahli patologi dengan kompetensi untuk menggambarkan secara kasar terhadap hasil pembedahan dan biopsi, yang diawasi dan dimbimbingoleh ahli patologi. 

Asisten ahli patologi juga dapat membantu dalam aspek teknis penilaian intraoperatif seperti bagian beku dan pemilihan jaringan untuk penelitian dan uji klinis. Ahli sitoteknologi adalah Orang-orang yang ahli dalam teknik pembuatan sediaan sitologik dan dapat pula membantu dalam skrining spesimen yang terdiri dari spesimen sel kecil, misalnya spesimen Pap smear (sitoskriner).

Setelah dilakukan skrining dan menandai sel untuk diagnostik dalam kaca objek, ahli sitologi merujuk kasus tersebut pada ahli patologi untuk ditinjau secara makna patologis. Sedangkan ahli histologik adalah orang-orang yang mengelola pemrosesan jaringan di laboratorium dan melakukan penilian komponen teknis dalam membuat sediaan histologik untuk dievaluasi oleh ahli patologi. 

Komponen-komponen kompetensi dari ahli histologik meliputi proses fiksasi jaringan, pematangan jaringan ke parafin, pemotongan jaringan hingga pewarnaan jaringan pada kaca objek.

Dalam pengelolaan laboratorium patologi anatomi khususnya di dalam sistem administrasi sedikit berbeda antara laboratorium sitologi dan laboratorium histologi. 

Spesimen yang diterima oleh laboratorium sitologi maupun histologi memiliki alur yang sedikit berbeda. Adapun alur kerja di laboratorium sitologi pada umumnya dapat dilihat Gambar 1.1 dan alur kerja di laboratorium histologi tampak pada Gambar 1.3.

Alur Kerja Laboratorium Sitologi (Sumber:Khrstian, E dkk. 2017)

Gambar 1.1 menunjukkan spesimen yang diterima oleh laboratorium sitologi dapat berupa spesimen yang belum diolah maupun yang sudah dalam bentuk sediaan sitologik yang kurang dilakukan pewarnaan. Hal itu bisa saja didapatkan dari laboratorium yang melakukan pembuatan sediaan tanpa melakukan pewarnaan terlebih dahulu (contoh: cervical smear, aspirasi biopsi jarum halus (FNA), dan lain sebagainya). 

Setelah spesimen diterima maka maka bagian administrasi melakukan pendataan dari spesimen tersebut. Pada saat pendataan, seorang administrasi wajib mengetahui kelayakan dari suatu spesimen. Spesimen yang telah layak untuk dilakukan pembuatan sediaan sitologik kemudian dikirim ke bagian pembuatan sediaan dan dilakukan pewarnaan.

Pada laboratorium tertentu dilakukan skrining awal oleh asisten ahli patologi untuk melihat gambaran secara teknis dan gambaran umum sel yang ditemukan serta memisahkan antara sediaan yang patologis dan normal. Hasil skrining dilaporkan kepada ahli patologi (dr. Sp. PA), kemudian dokter pengirim menyerahkan kepada pasien.

Laboratorium patologi anatomi kadang melakukan pengambilan spesimen baik spesimen ginekolog (pap smear) maupun non ginekolog (FNAC). 

Adapun hal-hal yang harus minimal harus diisikan oleh seorang pasien secara umum adalah namapasien, no rekam medis, no pendaftaran, usia pasien, jenis kelamin pasien, dokter pengirim. Sedangkan untuk jenis pemeriksaan baik ginekolog maupun non-ginekolog adalah sebagai berikut.

Pemeriksaan Pasien Ginekolog

Persiapan pasien

  • Pemeriksaan dilakukan idealnya 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir. Sebaiknya hindari pemeriksaan selama menstruasi karena darah dapat mengaburkan temuan. Jika terjadi pengaburan temuan (temuan tidak jelas) karena sesuatu, tetap harus dituliskan/dicatat agar teknisi mengetahui cara memperlakukan spesimen.
  • Jangan menggunakan obat vagina, alat kontrasepsi vagina, atau “douching” (pencucian vagina menggunakan alat khusus) selama 48 jam sebelum pengambilan spesimen.
  • Tidak dianjurkan berhubungan badan sehari sebelum pengambilan spesimen.

Sumber spesimen

Sumber atau letak pengambilan spesimen (vagina, endoservik, gabungan atau bagian servik) menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan sel minimal yang ditemukan untuk menilai kelayakan suatu sediaan.

Status homonal

Status hormonal yang dimaksud di sini adalah seorang administrasi wajib menanyakan status pasien, apakah dalam masa subur, menstruasi, atau menopause.

Pasien pemeriksaan non-ginekolog

Pada pemeriksaan non ginekolog hal yang harus didapat dalam adminitrasi tidak sebanyak dari yang pemeriksaan ginekolog.

 Namun hal yang menjadi penting dalam pemeriksaan akhir baik penentuan patologis ataupun kemungkinan artifak yang muncul dalam sediaan. Adapun data yang harus didapatkan adalah sumber sediaan, waktu pengambilan, teknik pengambilan dan fiksasi tambahan.

Spesimen berupa bentuk sediaan siap warna

Jika spesimen dikirimkan ke laboratorium dalam bentuk sediaan, maka hal-hal yang harus diperhatikan seorang adminitrasi adalah jenis fiksasi yang digunakan (fiksasi basah atau kering), waktu pengambilan spesimen dan formulir dasar (poin 1).

Kesalahan yang sering terjadi pada saat pengiriman dalam bentuk sediaan siap warna adalah sediaan tersebut gagal dalam fiksasi kering maupun basah, debu dan kotoran menempel pada sediaan. Hal tersebut dapat menyebabkan nilai negatif palsu dari hasil pemeriksaan.

Artifak debu pada sediaan sitologik. Artifak ini sering terjadi ketika spesimen yang datang berupa sediaan siap warna
Artifak debu pada sediaan sitologik. Artifak ini sering terjadi ketika spesimen yang datang berupa sediaan siap warna (Sumber: Cytological Artifacts Masquerading Interpretation, 2013)

Sistem adminitrasi yang ada di laboratorium patologi anatomi khususnya histologi sedikit berbeda dengan laboratorium sitopatologi, walaupun adakalanya kedua laboratorium itu disatukan. Skema dasar dari sistem laboratorium khusus histologi adalah sebagai berikut.

Alur Kerja Laboratorium Histologi.(Sumber : dokumentasi pribadi)
Alur Kerja Laboratorium Histologi.(Sumber : Khrstian, E dkk. 2017)

Pada Gambar 1.3 di atas, spesimen yang diterima akan dilakukan pemeriksaan awal untuk melihat kelayakan suatu sediaan histologik. Hal ini kadangkala disebabkan karena spesimen yang didapatkan kurang layak untuk dibuat sediaan karena satu dan lain hal. Pengoleksian spesimen dan transportasi spesimen yang benar untuk pemeriksaan histopatologis penting untuk dilakukan karena sejumlah alasan berikut ini.

  • Kesalahan identifikasi dan pelabelan pada spesimen pasien yang salah dapatmenyebabkan dikeluarkannya laporan yang keliru.
  • Arsitektur jaringan dan khususnya detail dari sel dapat menjadi sulit diidentifikasi ketika pengirim memberikan spesimen yang telah dimasukkan larutan fiksasi yang tidak semestinya, sehingga diagnosis jaringan yang tepat hampir tidak mungkin. Hal ini terkadang menyebabkan kebutuhan pada biopsi ulang.
  • Orientasi spesimen yang salah dari pengiriman, kurangnya identifikasi yang sesuai dalam formulir permintaan, atau kekurangan margin yang jelas (misalnya mesorektum). Hal ini dapat mempersulit ahli patologi dalam mengomentari margin eksisi bedah.
  • Hasil pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan untuk membuat diagnosis histopatologis yang akurat seperti radiologi, laboratorium klinik dan lain-lain.
  • Jika laporan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat, harus ditunjukkan dalam formulir permintaan dengan identifikasi khusus (warna formulir atau tulisan CITO). Dalam praktik histopatologis, mungkin ada penundaan dalam pengambilan spesimen, pengolahan atau pelaporan.
  • Beberapa jenis spesimen mungkin memerlukan fiksatif khusus, atau perlu dikirim dalam kondisi tidak terfiksasi untuk penyelidikan tertentu.
  • Mungkin perlu menginformasikan laboratorium sebelum mengirim spesimen untuk penyelidikan khusus atau mendesak (misalnya potong beku).

Dari alasan-alasan di atas maka rincian yang harus ada dalam formulir permintaan adalah sebagai berikut.

  • Jenis dan lokasi spesimen.
  • Rincian identifikasi pasien (serupa dengan yang ada pada wadah spesimen).
  • Rincian klinis yang relevan (temuan radiologi untuk tumor tulang, tes fungsi hati untuk biopsi hati, tes fungsi ginjal untuk biopsi ginjal, kadar PSA untuk prostat biopsi dan lainlain) dan bila tersedia ditambahkan diagnosis klinis sebgai pembanding.
  • Nomor referensi dan diagnosis laporan aspirasi jarum halus yang relevan sebelumnya (FNA) atau histologik sebelumnya, jika ada.
  • Jika jahitan orientasi ditempatkan, margin yang diwakilinya harus ditunjukkan dengan jelas.
  • Sebuah indikasi jika laporan tersebut sangat dibutuhkan.

Sebuah formulir dapat saja berbeda dari tiap laboratorium, namun tetap harus dipertimbangkan nilai-nilai yang wajib terisi sebagai penunjang diagnosis dan lain sebagainya.

Berikut adalah seuah contoh formulir dari laboratorium yang digunakan. Berikut ini adalah contoh forrmulir penerimaan spesimen jaringan.

Contoh Formulir Penerimaan Spesimen Jaringan. (Sumber Dokumentasi Pribadi)

Adapun contoh formulir penerimaan spesimen sitologik adalah sebagai berikut.

Contoh Formulir Penerimaan Spesimen Sitologik Khusus Ginekolog (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah spesimen diterima, maka alur pengolahan spesimen-pun harus berjalan dengan baik mulai dari penerimaan spesimen hingga pelaporan hasil. 

Berikut ini contoh alur perpindahan spesimen di laboratorium patologi anatomikadalah sebagai berikut.

Alur Kerja laboratorium Patologi Anatomi. (Sumber: http://www.sysmex.co.nz)

Ket :
A. Penerimaan Spesimen
B. Potong Gross
C. Pematangan Jaringan
D. Pemotongan Mikrotomi
E. Pewarnaan Sediaan
F. Kontrol Kualitas Sediaan / skrining
G. Ahli Patologi / Dokter Spesialis PA.
H. Sistem Pelaporan

Secara umum, Laboratorium Patologi Anatomi memiliki peran penting dalam dunia kesehatan dan ilmu pengetahuan. Dengan tugas dan kewenangannya dalam mengolah spesimen dari makhluk hidup, laboratorium ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang medis, penelitian, dan pendidikan. 

Diagnosis penyakit, penemuan penyebab kematian, dan penelitian terkait kesehatan manusia dan hewan dapat dilakukan dengan bantuan teknologi canggih yang dimiliki oleh laboratorium Patologi Anatomi. 

Selain itu, pengolahan spesimen ini juga membantu pembentukan museum yang berguna untuk keperluan pendidikan dan penelitian. Dalam hal ini, laboratorium Patologi Anatomi memiliki peran yang sangat penting dan tak tergantikan bagi dunia kesehatan dan ilmu pengetahuan.***

Sumber : Khrstian, E dkk. 2017. Sitohistoteknologi. PDSDMK ; Kemenkes RI

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments