Perbedaan Penentuan Pemeriksan C-reactive protein (CRP) Vs high-sensitivity CRP (hs-CRP)

Table of Contents

Perbedaan Penentuan Pemeriksan C-reactive protein (CRP) Vs high-sensitivity CRP (hs-CRP)


Permintaan pemeriksaan laboratorium C-reactive protein (CRP) dan high-sensitivity CRP (hs-CRP) semakin banyak dalam praktek klinis. Sayangnya, masih banyak kesalahan persepsi mengenai kedua jenis parameter tersebut.

C-reactive  protein merupakan  molekul  polipeptida  dari  kelompok  pentraxins yang merupakan protein fase akut. CRP diproduksi di hati dan produksinya dikontrol oleh sitokin khususnya interleukin-6.1 CRP meningkat 4-6 jam setelah stimulus; konsentrasinya meningkat 2 kali lipat setiap 8 jam; dan mencapai puncak dalam 36-50 jam. Waktu paruh CRP 19 jam sehingga bahkan dengan hanya 1 stimulus membutuhkan beberapa hari untuk kembali ke kadar awal. 

Walaupun termasuk protein fase akut, kadar CRP juga berubah selama proses inflamasi kronis.2 Pengukuran  kadar  CRP  menggunakan  immunoassays,  kebanyakan  dengan  teknik immunoturbidimetric dan nephelometric. Secara umum, batas terendah deteksi teknik ini antara 3 sampai  5  mg/L.  Pada  pertengahan  1990an,  teknik  pengukuran  CRP  yang  lebih  sensitif dikembangkan menggunakan ultrasensitive ELISA atau particle - enhanced techniques dan diberi nama “high-sensitivity” atau “highly sensitive” CRP. Secara umum, batas deteksi teknik ini adalah 0.3 mg/L dengan batas kuantifikasi pada kadar  0.11 sampai 0.31 mg/L. Secara sederhana dapat disimpulkan hs-CRP dapat mengukur kadar CRP yang rendah pada orang sehat.3,4,5

Penelitian selama 4 dekade terakhir menunjukan secara konsisten kadar CRP mengikuti distribusi non-Gaussian yang condong ke satu sisi dan tidak ada batas yang jelas antara kadar CRP normal dan abnormal. Hal ini menyebabkan definisi kadar CRP normal pada tingkat populasi sulit ditentukan. Kadar CRP dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, etnis, polimorfisme genetika dan lain- lain. Stimulus inflamasi ringan seperti asap rokok, polusi udara dan konsumsi esterogen juga mempengaruhi kadar CRP.1

Reference interval CRP pada orang dewasa berdasarkan konsensus adalah <5 mg/L. Secara umum, inflamasi ringan dan infeksi virus menyebabkan kadar CRP meningkat antara 10 sampai 40 mg/L, sedangkan inflamasi yang lebih berat dan infeksi bakteri menyebabkan kadar CRP meningkat antara 40 sampai 200 mg/L.1,2,6

Penelitian epidemiologi menunjukan kadar CRP sedikit meningkat pada sebagian besar populasi, berhubungan dengan berbagai macam gaya hidup dan penyakit  yang berhubungan dengan risiko terjadinya aterosklerosis.1 Berdasarkan hal ini, hs-CRP digunakan sebagai penanda untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular.4 American Heart Association (AHA) dan Centers for Disease  Control  and  Prevention (CDC) membuat  beberapa  rekomendasi  mengenai penggunanaan hs-CRP untuk menilai risiko penyakit kardiovaskular. Hs-CRP merupakan penanda independen dari risiko penyakit kardiovaskular. Pemeriksaan hs-CRP sebaiknya dilakukan pada orang dengan metabolisme yang stabil tanpa gejala inflamasi atau infeksi dan dibandingkan dengan kadar sebelumnya. Penilaian risiko penyakit kardiovaskular idealnya menggunakan rata- rata 2 kali pemeriksaan dengan jangka waktu antar pemeriksaan 2 minggu. Screening seluruh populasi dewasa menggunakan hs-CRP tidak direkomendasikan dan hs-CRP bukan pengganti faktor risiko tradional penyakit kardiovaskular.5,7

Kesimpulannya, CRP dan hs-CRP merupakan molekul yang sama. Perbedaan antara CRP dan hs-CRP adalah pada sensitivitas analitiknya dimana hs-CRP dapat mengukur kadar CRP yang sangat rendah sehingga dapat digunakan sebagai penanda inflamasi kronis. Inflamasi kronis merupakan salah satu risiko penyakit kardiovaskular sehingga hs-CRP banyak digunakan sebagai penanda risiko penyakit kardiovaskular. CRP dengan sensitivitas analitik terbatas hanya dapat mengukur kadar CRP yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai penanda inflamasi akut.

Sumber : Yunika Puspa Dewi, 2018. C-reactive protein (CRP) Vs high-sensitivity CRP (hs-CRP). Siloam Hospital Yogyakarta;Yogyakarta.


Daftar pustaka

  1. Irving K, David S, Marina M. A unifying biologic explanation for “high-sensitivity” C-“low-grade”   inflammation.   Arthritis reactive and protein Research. and Care 2010;62(4):442–6.
  2. Fonseca LAM, Sumita NM, Duarte NJC, Lichtenstein A, Duarte AJS. C-reactive protein : clinical applications and proposals for a rational use ☆. Rev Assoc Med Bras [Internet]. 2013;59(1):85–92. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/S2255-4823(13)70434-X
  3. Moutachakkir M, Hanchi AL, Baraou A, Boukhira A, Chellak S. John Libbey Eurotext - Annales de Biologie Clinique - Immunoanalytical characteristics of C-reactive protein and high sensitivity C-reactive protein. JLE. 2017;75(2):225–9.
  4. Yucel D. C-Reactive Protein vs. High - Sensitivity C - Reactive Protein: What is the Difference? Turkish Journal of Biochemistry [Internet]. 2014;39(1):43–4. Available from: http://www.journalagent.com/z4/download_fulltext.asp?pdir=tjb&plng=eng&un=TJB- 92408
  5. Knight ML. The Application of High-Sensitivity C-Reactive Protein in Clinical Practice. US Pharm. 2015;40(2):50–4.
  6. Heil  W,  Ehrhardt  V.  Reference  Ranges  for  Adults  and  Children:  Pre-Analytical Considerations. 9th ed. Mannheim: Roche Diagnostic Ltd; 2008. 
  7. Cleveland Clinic laboratories. High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP). Vol. 12. Cleveland Clinic; 2004. p. 1–4.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Kerjasama media partner, kirim proposal ke e mail : laboratorium.medik@gmail.com
Dukung infolabmed untuk selalu memberikan informasi terupdate dengan menyisihkan jajan Anda melalui DANA = 085862486502.
Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment