Mengatasi Demam Tifoid | Seri Edukasi ATLM


Infolabmed.com. Penyakit demam tifoid atau yang dikenal oleh awam dengan istilah tifus merupakan penyakit infeksi yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang. Penularannya bisa melalui air atau makanan yang terecemar. Penderita tifus maupun sesuatu yang merupakan bekas penderita tifus bisa menjadi sumber penularan.

Sebab, penderita dapat mengeluarkan sepuluh juta kuman dalam setiap gram tinja yang dikeluarkan saat buang air besar. Jadi, seandainya penderita tifus buang air besar disungai, maka sekian juta kuman tifus akan ikut mengalir dan siap menularkan ke orang lain yang memanfaatkan air sungai tersebut. Orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus mengeluarkan kuman penyebab tifus dalam tinja dan air kemih selama lebih dari setahun dinamakan pembawa demam tifoid.

GEJALA KLINIS DEMAM TIFOID

Gejala klinis penderita tifus bervariasi, mulai dari yang ringan hingga sukar didiagnosis, sampai yang gambarannya khas dengan komplikasi dan menyebabkan kematian. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejalanya hampir mirip dengan penyakit infeksi akut lain, misalnya demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, mual, muntah, nafsu makan turun, susah buang air besar malah diare, dan perasaan tidak enak perut. Kadang - kadang, penderita mengeluh batuk atau mimisan.

Pada minggu kedua, mulai muncul gejala yang lebih jelas, seperti demam pada sore hari, bradikardi relatif (denyut nadi tidak sesuai dengan suhu tubuh, artinya suhu tubuhnya tinggi namun denyut nadinya tetap pelan), permukaan lidah yang khas untuk penderita tifus (kotor dibagian tengah, bagian tepi dan ujungnya berwarna merah, kalau dijulurkan lidah akan bergetar). 

Sebagian penderita mengalami pembesaran organ hari atau limpa. Jika muncul komplikasi yang berat, maka bisa sampai mengganggu mental, mulai dari mengantuk, meracau sehingga sering dikira gila dan diperiksakan ke dokter spesialis jiwa, sampai koma atau kesadaran menurun.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DEMAM TIFOID

Untuk bisa menegakkan diagnosis yang tepat, pada penderita perlu dilakukan tes sel darah putih, fungsi hati, dan kultur darah. Penderita yang dirawat dengan tifus, hasil pemeriksaan kadar sel darah putihnya (leukosit) bervariasi, bisa meningkat, normal, atau bahkan turun.Sementara, dalam tes fungsi hati, hasilnya seringkali meningkat. Adapun biakan darah (kultur darah) biasanya hanya bisa dilakukan di Rumah Sakit besar.

 Pemeriksaan selanjutnya yang sering dilakukan pada penderita tifus yaitu uji widal. Tes ini merupakan reaksi aglutinasi (penjendalan) antara antigen (kuman penyebab tifus) dan antibodi (sistem kekebalan tubuh kita). Pada penderita yang sedang terserang demam tifoid, pernah terserang tifus atau tertular tifus, atau pernah di vaksinasni terhadap tifus, bisa mempunyai hasil uji widal yang positif.

Jadi, seseorang yang pernah terserang tifus, apabila sudah dinyatakan sembuh, bisa saja hasil uji widalnya tetap positif. Sebab, hasil uji widal tidak untuk mengukur keberhasilan pengobatan tifus, tetapi hanya untuk membantu menegakkan diagnosis. Dengan demikian, kalau secara klinis penderita tifus sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, maka ia memang sembuh betul. Tidak perlu was-was memikirkan hasil uji widal yang tetap saja positif.

Pada kenyataannya, tidak sedikit penderita yang meminta dokter untuk segera memberikan obat antitifus karena tahu uji widalnya positif, walaupun tanpa gejala klinis yang mengarah ke tifus. Dan, tak jarang pula penderita yang menyalahkan dokter, mengapa sudah tahu uji widalnya positif, sang dokter malah tidak memondokkan penderita.

Terang saja, dokter tidak akan menyarankan penderita untuk memondokkan di rumah sakit, karena memang tidak ada gejala klinis yang mengarah ke tifus maupun kondisi yang menuju ke indikasi memondokkan penderita. Sebaliknya, bisa saja penderita dengan gejala klinis khas tifus, namun uji widalnya negatif. Hal ini tidak berarti menyingkirkan kemungkinan sakit tifus.

PENCEGAHAN DEMAM TIFOID

Selama kita selalu menjaga kesegaran jasmani dan rohani (makan teratur, tidur cukuop, menyembpatkan diri untuk olahraga, dan mengurangi stres), tentu daya tahan tubuh dan kemampuan tubuh kita dalam menekan keganasan kuman tifus semakin meningkat. Selanjutnya, diperlukan usaha bersama untuk memutuskan rantai penularan demam tifoid, terutama dalam hal penyediaan makanan dan minuman agar tidak terkontaminasi oleh kuman penyebab tifus.

Sanitasi dan kebersihan perorangan seyogyanya dimantapkan. Selain itu, harus tersedia pula fasilitas pembuangan kotoran yang baik dan penyediaan air bersih yang cukup. Kalau semuanya itu sudah diupayakan, maka kemungkinan kambuhnya tifus dapat ditekan.

Sumber :
dr. H. Muchlis Achsan U.S,Sp.PD-KPTI dan dr. Dito Anurogo. 2013. 5 Menit Memahami 55 Problematika Kesehatan. Hal ; 112 - 117. Penerbit D-Medika ; Yogyakarta.

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments