Uji Diazepam (Serum) - Seri Pemeriksaan Laboratorium Klinik


Diazepam (Valium), suatu benzodiazepin, merupakan salah satu agens antiansietas yang paling lazim digunakan di AS. Penggunaan klinis diazepam mencakup pengobatan status epileptik; gejala putus alkohol; induksi anestesi untuk prosedur bedah minor, prosedur endoskopik; kardioversi; dan relaksasi otot, terutama pada kasus paraplegia, paralisis serebral, dan tetanus.

Diazepam diabsorpsi dari saluran gastrointetinal dan dimetabolisasi dalam hati menjadi metabolit yang jumlahnya begitu banyak. Kadar puncaknya dalam darah terjadi 1 sampai 2 jam setelah pemberian dosis oral. Setelah dosis oral tunggal sebesar 10 sampai 15 mg, kadar puncak biasanya mencapai 200 sampai 300 ng/ml. Waktu paruhnya 10 sampai 40 jam (40 jam pada penggunaan kontinu). Metabolit utamanya, N-desmetildiazepam, memiliki waktu paruh 50 sampai 90 jam. Awitan kerjanya selama 30 sampai 60 menit setelah pemberian dosis oral, 15 sampai 30 menit setelah injeksi per IM, dan 1 sampai 5 menit setelah pemberian dosis IV. Diazepam dieksresi dalam urin sebagai metabolit. Obat ini dapat menembus plasenta dan dapat menyebabkan teratogeni (defek lahir).


Diperlukan waktu sekitar 1 sampai 2 minggu bagi kadar diazepam serum untuk mencapai status yang stabil. Pemantauan terhadap kadar diazepam serum harus tetap dilakukan begitu tercapai keadaan yang stabil, dan terutama jika dosis hariannya diubah.

Tujuan
  • Untuk memantau kadar diazepam serum.
  • Untuk mendeteksi kadar toksik diazepam.

Nilai Rujukkan
TERAPEUTIK: Dewasa: 0,5 - 2,0 mg/l, 400-600 ng/ml.
TOKSISK: Dewasa: 3 mg/l, >3000 ng/ml.

Prosedur
  • Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup merah 2 jam setelah pemberian dosis oral atau pada kadar terendah (sebelum dosis lanjutan).
  • Catat dosis, rute, dan dosis pemberian terakhir yang diberikan pada formulir laboratorium.
  • Tidak ada pembatasan asupan makanan ataupun minuman.

Faktor yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium
  • Obat (Lihat Pengaruh Obat) dapat menyebabkan peningkatan kadar diazepam.
  • Konsumsi obat benzodiazepin jenis lain (mis., klordiazepoksid [Librium], dikalium klorazepat [Tranxenel] bersamaan dengan diazepam, akan mempengaruhi temuan uji yang tepat karena obat ini mengandung banyak metabolit aktif yang berjenis sama.
Masalah Klinis
PENURUNAN KADAR : Merokok.
PENINGKATAN KADAR: Dosis deazepam yang berlebihan, penyakit hati, alkohol. Pengaruh Obat:  Simetidin (Tagamet), isoniazid (INH), asam valporat (Depakene).

IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
  • Catat dosis, rute, dan waktu terakhir pemberian dosis pada formulir laboratorium. Spesimen darah biasanya diambil 2 jam setelah konsumsi diazepam.
  • Pastikan jika klien sedang hamil atau berniat hamil, sebelum pemberian diazepam. Obat ini memiliki efek teratogenik.
  • Pantau kadar diazepam serum lebih sering pada anak, lansia, dan pada dewasa yang berkeadaan lemah. Berikan diazepam berdosis rendah pada klien tersebut agar terhindar toksisitas diazepam.
  • Kenali sifat absorpsi yang tak menentu pada diazepam, yang mungkin terjadi akibat pemberian secara IM. Toksisitas diazepam dapat terjadi setelah injeksi yang berulang kali.
 PENURUNAN KADAR
  • Sadari bahwa merokok dapat mengurangi kadar diazepam.
  • Jangan berikan diazepam melalui cairan IV. Obat ini dapat mengendap dalam cairan atau menempel pada kantong atau slang IV sehingga menurunkan dosis yang dianjurkan.

PENINGKATAN KADAR
  • Sadari bahwa dosis diazepam yang berlebihan, penyakit hati, atau alkohol, dapat meningkatkan kadar diazepam serum.
  • Periksa untuk menemukan tanda dan gejala toksisitas diazepam (mis., mengantuk, ataksia, konfusi, sakit kepala, biacara meracau, tremor, hipotensi, takikardia, dan kolaps sirkulasi).

PENYULUHAN KLIEN
  • Instruksikan klien tidak mengkonsumsi alkohol atau obat depresan sistem saraf pusat yang lain saat mengkonsumsi diazepam. Konsumsi yang bersamaan dapat menyebabkan rasa kantuk yang parah, gawat napas, atau henti napas.
  • Jelaskan pada klien bahwa konsumsi diazepam tidak boleh dihentikan secara mendadak. Kurangi dosisnya secara bertahap selama 1 sampai 2 minggu untuk menghindari gejala putus obat (mis., konfusi, tremor, paranoia, ataksia, halusinasi viusal, berkeringat, dan kram abdomen serta kram otot). 
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website Kami. Untuk yang mengambil artikel dari website Kami, dimohon untuk mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang Anda muat. Terimakasih atas kunjungannya.

Sumber : 
  1. LeFever Ke, Joyce. 2002. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik ; Edisi 6. Hal : 161 - 162. Cetakan 2017. EGC ; Jakarta
Baca juga :


DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments