Retikulosit Dan Prosedur Pemeriksaannya | Seri Edukasi Laboratorium Medis


Infolabmed.com. Retikulosit adalah sel eritrosit yang belum matang, dan kadarnya dalam eritrosit manusia sekitar 1%. Retikulosit berkembang dan matang di sumsum tulang merah dan disirkulasikan dalam pembuluh darah sebelum matang menjadi eritrosit. Seperti eritrosit, retikulosit tidak memiliki inti sel (nukelus).

Sel ini disebut retikulost karena memiliki jaringan seprti retikuler pada ribosom RNA. Retikuler ini hanya dapat diamati di bawah mikroskop dengan pewarnaan tertentu seperti perwarnaa supravital dengan metilen biru baru. Retikulosit tampak lebih kebiruan daripada eritrosit ketika diamati dengan pewarnaan Romanowsky biasa. Ukurannya menyerupai eritrosit yakni sekitar 6 hingga 9 mikron.

Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan keadan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik.

Jumlah retikulosit dihitung pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 100 x 10, dihitung minimal per 1000 eritrosit dalam lapang pandang lebih dari 10. Jumlah retikulosit yang ditemukan dalam lapang pandang tersebut dicatat (Riadi Wirawan, 2011)

Jumlah retikulosit dapat dilaporkan dalam persen atau permil terhadap jumlah eritrosit total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak (Riadi Wirawan, 2011).

Nilai Rujukan
  • Dewasa : 0.5 - 1.5 %
  •  Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %
  • Bayi : 0.5 - 3.5 %
  •  Anak : 0.5 - 2.0 %
Pemeriksaan retikulosit

Prinsip pemeriksaan
Retikulosit adalah eritrosit muda yang tidak berinti dan di dalam sitoplasmanya masih terdapat sisa ribosom dan RNA. Sisa ribosom dan RNA dapat dilihat dengan pewarnaan New Methylene Blue (NMB) atau Brilliant Cresyl Blue (BCB). Sisa RNA tampak sebagai filamen atau granula berwarna ungu atau biru tergantung zat warna yang dipakai dan hanya terlihat pada sediaan yang tidak difiksasi dan diwarnai dalam keadaan vital (Riadi Wirawan, 2011).

Metode pemeriksaan
Ada 2 metode pemeriksaan, yaitu cara sediaan basah dan sediaan kering.

Sediaan basah
  • Taruhlah satu tetes larutan BCB dalam metilalkohol (metanol) di tengah-tengah kaca obyek dan biarkan sampai kering atau taruhlah satu tetes larutan zat warna BCB di atas kaca obyek.
  • Taruhlah setetes kecil darah di atas bercak kering atau ke atas tetes zat warna dan segeralah campur darah dan zat warna itu dengan memakai sudut kaca obyek lain.
  • Tutuplah tetes darah itu dengan kaca penutup, lapisan darah dalam sediaan basah ini harus tipis benar.
  • Biarkan beberapa menit atau masukkanlah ke dalam cawan petri yang berisi kertas saring basah jika sekiranya pemeriksaan selanjutnya terpaksa ditunda.
  • Periksalah memakai lensa minyak imersi dan tentukan berapa banyak retikulosit didapat antara 1000 eritrosit.

Sediaan kering
  • Masukkanlah 0,5 sampai 1 mL larutan pewarna (dalam garam) ke dalam tabung kecil.
  • Campurlah 5 tetes darah dengan larutan tadi dan biarkan selama 30 menit.
  • Mengambil 1 tetes dari campuran itu untuk membuat sediaan apus seperti biasa yang kemudian dipulas Wright atau Giemsa. Campuran di atas boleh juga dipakai untuk membuat sediaan basah: setetes diletakkan ke atas kaca obyek dengan ditutup kemudian oleh kaca penutup.
  • Periksalah dengan lensa imersi dan hitunglah jumlah retikulosit yang terlihat per 1000 eritrosit (Gandasubrata, 2007).

 Kelebihan dan kekurangan metode pemeriksaan
  1. Kelebihan cara basah adalah lebih mudah, ringkas dan waktu yang diperlukan lebih singkat/efisien. Kelemahan cara basah adalah tidak dapat disimpan dengan waktu yang cukup lama dan sel retikulosit bergerak menyebabkan sel dapat terhitung ulang.
  2. Kelebihan cara kering yaitu, sediaan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama jika harus dilakukan penundaan pemeriksaan. Kelemahan cara kering ada pada proses pembuatan sediaan karena dikerjakan cukup lama (Kusnadi Supriadi Hidayat).

Pewarnaan
Komposisi larutan BCB atau larutan NMB adalah sebagai berikut:
Brilliant cresyl blue/new methylene blue                   1 g
Larutan sitrat salin                                                     100 mL

Larutan sitrat salin dibuat dengan mencampur 1 bagian larutan natrium sitrat 30 g/L dengan 4 bagian larutan NaCl 9,0 g/L, kemudian larutan disaring (Riadi Wirawan, 2011).

Sumber kesalahan dalam pemeriksaan
  1. Zat warna yang tidak disaring mungkin mengendap pada eritrosit sehingga mengganggu pembacaan sediaan.
  2. Waktu inkubasi campuran antara darah dan zat warna kurang lama, paling sedikit diperlukan waktu 30 menit.
  3. Campuran darah dan zat warna tidak dicampur sampai homogen sebelum membuat sediaan. Retikulosit mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari eritrosit sehingga cenderung berada di bagian atas dari campuran. Campuran antara darah dengan zat warna perlu dicampur dengan baik sebelum dibuat sediaan apus.
  4. Menghitung di daerah yang jumlah eritrositnya terlalu padat.
  5. Jumlah eritrosit yang dihitung tidak mencapai 1000 atau tidak mencapai 10 lapang pandang.
  6. Kesalahan dalam membedakan benda inklusi (benda Heinz dan hemoglobin H) dan retikulosit. Retikulosit berwarna biru dengan filamen dan granula berwarna biru tua. Badan Heinz tampak sebagai badan inklusi yang berukuran 1-3 mikrometer, berwarna biru tua dan biasanya berada dekat membran eritrosit, kadang-kadang tampak di luar eritrosit. Inklusi hemoglobin H terlihat sebagai badan bulat yang multipel berwarna biru kehijauan (Riadi Wirawan, 2011).
Masalah Klinis
  • Penurunan jumlah : Anemia (pernisiosa, defisiensi asam folat, aplastik, terapi radiasi, pengaruh iradiasi sinar-X, hipofungsi adrenokortikal, hipofungsi hipofisis anterior, sirosis hati (alkohol menyupresi retikulosit)
  • Peningkatan jumlah : Anemia (hemolitik, sel sabit), talasemia mayor, perdarahan kronis, pasca perdarahan (3 - 4 hari), pengobatan anemia (defisiensi zat besi, vit B12, asam folat), leukemia, eritroblastosis fetalis (penyakit hemolitik pada bayi baru lahir), penyakit hemoglobin C dan D, kehamilan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan hasil laboratorium :
  • Bila hematokritnya rendah maka perlu ditambahkan darah
  • Cat yang tidak disaring menyebabkan pengendapan cat pada sel-sel eritrosit sehingga terlihat seperti retikulosit
  • Menghitung di daerah yang terlalu padat
  • Peningkatan kadar glukose akan mengurangi pewarnaan

Sumber :
  1. Wikipedia. 2016. Retikulosit. Diakses tanggal 4 Juli 2016. Link ; https://id.wikipedia.org/wiki/Retikulosit
  2. Laboratorium Kesehatan. 2016. Hitung Retikulosit. Diakses tanggal 4 Juli 2016. Link ; http://labkesehatan.blogspot.co.id/2009/12/hitung-retikulosit.html
  3. Oni Oktavia Pristiani. 2016. Retikulosit Dan Cara Pemeriksaannya. Diakses tanggal 4 Juli 2016. Link ; https://onioktavia.wordpress.com/2015/03/04/retikulosit-dan-cara-pemeriksaannya/

DONASI VIA DANA ke 085862486502 Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi Anda ini akan digunakan untuk memperpanjang domain www.infolabmed.com. Donasi klik Love atau dapat secara langsung via Dana melalui : 085862486502. Terima kasih.

Post a Comment

0 Comments